Rabu, 04 November 2015

Pro-Kontra Islam Nusantara

Semenjak Muktamar Nahdhotul Ulama hingga saat ini, ummat Islam di Indonesia ramai membicarakan wacana tentang Islam Nusantara. Bukan hanya itu, wacana Islam Nusantara kini telah menjadi polemik dan perdebatan yang bukan hanya berada pada tingkatan Ulama' namun hingga sampai kepada tingkatan masyarakat awam.

Dalam sebuah diskusi prof. DR. KH. Said Aqil Siroj menjelaskan bahwa "Islam Nusantara bukanlah terminologi baru, bukan pula mazhab baru atau aliran baru. Namun, Islam Nusantara adalah kekhususan akan ciri-ciri Islam yang ada di Nusantara". Pertanyaannya adalah bagaimanakah wajah Islam Nusantara? jawabannya Islam yang mengedepankan Tawassuth (Sikap Moderat) sebagaimana yang di ajarkan oleh salafuna shalih seperti Imam Syafi'i (dalam Fiqh), Imama Asy'ari (dalam Aqidah) dan Wali Songo (dalam Da'wah), sehingga Islam yang ada di Nusantara adalah Islam yang ramah, dan Islam yang dapat berjalan bersama dengan budaya lokal (selama tidak melanggar syariat).

Islam Nusantara ini pun mencoba menggandeng antara Ukhuwah Islamiyyah dengan Ukhuwah Wathoniyah atau semangat keagaaman dan semangat kebangsaan (Nasionalisme), sebagai sebuah landasan bagi persatuan ummat Islam Indonesia dan persatuan bangsa Indonesia, diharapkan sehingga segala macam perbedaan, gesekan, dan pertikaian dapat di selesaikan dengan baik, atau bahkan tanpa pertumpahan darah

Ukhwah Islamiyah dan Ukhwah Wathoniyah serta Tawasuth atau sikap moderat ini hampir pudar dalam pribadi ummat Islam, terlebih ummat Islam yang berada di Timur-Tengah yang mana setiap persoalan, perbedaan, ataupun permasalahan hanya bisa dipecahkan dengan kudeta, peperangan, hingga pertumpahan darah. kita bisa menengok apa yang terjadi di Afganistan, Suriah, Iraq, Somalia, dan negara-negara Muslim lain.

Maka dengan argumen tersebut Islam Nusantara harus dipertahankan, dilestarikan, bahkan di kembangkan terlebih ketika ummat Islam di Indonesia menghadapi Globalisasi yang membawa paradigma-paradigma baru yang dapat mengotori pola pikir ummat Islam, yang saat ini telah dirasakan dengan adanya golongan ekstrimis fundamentalis, dan liberal.

Namun pandangan berbeda dilontarkan oleh orang-orang yang kontra terhadap wacana Islam Nusantara, baik yang berasal dari kelompok diluar NU yang notabene berafisilasi ke Wahabism, maupun didalam tubuh NU dan Ahlussunnah Wal Jama'ah itu sendiri.

Dalam suatu ceramahnya, Habib Rizieq Shihab mengomentari bahwa "gerakan Islam Nusantara merupakan kamuflase dari Jaringan Islam Liberal, setelah mereka gagal meracuni ummat Islam dengan konsep-konsep yang telah lalu seperti Islam Liberal dan Islam Inklusif"

Sedangkan Buya Yahya mengatakan "Tidak masalah dengan adanya Islam Nusantara, namun kita harus telusuri siapa orang-orang yang berada dibelakangnya, apakah orang yang memang berjuang untuk Islam, ataukah orang-orang yang selama ini menghancurkan Islam" dalam hal ini buya yahya tidak mengomentari tentang wacana Islam Nusantara, namun menyoroti tentang tokoh-tokoh Islam Liberal yang selama ini mencoba merusak Islam yang "mungkin" berada dibelakang wacana Islam Nusantara.

Sementara DR. Syafiq Reza Basalamah MA. menganggap bahwa "Islam dan Arab tidak bisa di pisahkan, walaupun Nabi Muhammad bukan mengarabkan Islam tapi mengislamkan Arab" beliau memberi contoh "apakah karena Islam di nusantara kemudian kita sholat harus menggunakan bahasa indonesia seperti takbiratul ihrom Allahu Akbar harus di ganti dengan Allah Maha Besa?" Syafiq berpendapat bahwa ini merupakan usaha sistematis untuk menjauhkan Islam dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wassallam. Begitupun Dr. Hamid Fahmy Zarkasy yang menganggap Islam Nusantara sebagai kesalahan berfikir.

Sedangkan Islam Nusantara Menurut Perspektif Prof. Dr. Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun (Rektor Univ. Al-Ahqaff, Hadhramaut, Republik Yaman) jika ditafsirkan sebagai Islam yang dibawa oleh wali songo yang berda'wah tanpa kekerasan dan sikap toleran yang dengannya Islam dapat diterima dengan cepat dan tanpa kekerasan apalagi pertumpahan darah. Jika Islam nusantara di tafsirkan dengan makna tersebut maka tidak ada permasalahan, karena seperti itulah yang dibawa salafuna sholih. Namun, jika makna tersebut di politisir dengan maksud pluralisme agama, mencampur adukan agama yang ada di Nusantara dengan Islam maka hal tersebut di tolak.

Alhasil, pendapat Rektor Universitas Alhaqaff menjadi jalan tengah bagi polemik dan pro-kontra Islam Nusantara, yang menyepakati wacana Islam Nusantara sebagai gerakan Islam yang ramah, dan tidak menggunakan kekerasan dalam da'wah seperti yang dibawa para Shalafuna shalih, Wali songo, dan Ulama'-Ulama' setelahnya. bahkan harus diikuti oleh Muslim di negara lain. Dan menolak Islam Nusantara sebagai pluralisme Agama, yang dapat merusak aqidah islamiyah. Wallahu A'lam bisShawab

(zahn)

Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=nZPXtZu8pmU
https://www.youtube.com/watch?v=XYBiWe3HirU
https://www.youtube.com/watch?v=ZWk86n1OjC4
https://www.ssyoutube.com/watch?v=UIYJFM0DhjE
http://www.nugarislurus.com/2015/08/pendapat-obyektif-rektor-al-ahgaff-yaman-tentang-islam-nusantara.html#axzz3qcLozcsG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar